:::Catatannya The Echo:::

Wednesday, August 27, 2025

Informasi tidak akan pernah basi jika menyangkut kuantitatif

Informasi / data tidak akan pernah basi jika menyangkut kuantitatif. Kalau kualitatif bisa basi.

"Velox et exactus"

Bedakan yang dimaksud itu kuanti atau kuali.

Ini saya peroleh saat di Bali bertemu dengan yang membuat "quotenya" di Rumah Makan Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk, Denpasar sekaligus membahas masalah "Nomenklatur Kementerian" yang akhirnya jadi TAPM saya setelah sekian tahun "mengendap".


Friday, August 22, 2025

Bobot : Simple Additive Weighting (SAW) + Smart-C

🎯 Studi Kasus: Evaluasi Pegawai dengan SMART-C

📌 Kriteria dan Bobot:

Kriteria Jenis Bobot
C1 – Kedisiplinan Benefit 0.2
C2 – Kualitas Kerja Benefit 0.3
C3 – Kerjasama Tim Benefit 0.2
C4 – Kehadiran Benefit 0.1
C5 – Waktu Penyelesaian Cost 0.2
Total 1.0

👤 Data Pegawai:

Pegawai Kedisiplinan (1–10) Kualitas Kerja (1–100) Kerjasama Tim (1–10) Kehadiran (%) Penyelesaian (hari)
A 9 85 8 95 4
B 7 90 9 98 5
C 8 80 7 92 3

✳️ Langkah 1: Skor Utility (0–100)

Kita konversi nilai aktual ke skala utility 0–100, berdasarkan min dan max tiap kriteria.

Rumus:

  • Benefit:

    Uij=xijxminxmaxxmin×100U_{ij} = \frac{x_{ij} - x_{\text{min}}}{x_{\text{max}} - x_{\text{min}}} \times 100
  • Cost:

    Uij=xmaxxijxmaxxmin×100U_{ij} = \frac{x_{\text{max}} - x_{ij}}{x_{\text{max}} - x_{\text{min}}} \times 100

🔢 Hasil Skor Utility:

Pegawai C1 (9–7) C2 (90–80) C3 (9–7) C4 (98–92) C5 (3–5) Cost
A (9–7)/(9–7) = 100 (85–80)/(10) = 50 (8–7)/2 = 50 (95–92)/6 = 50 (5–4)/2 = 50
B (7–7)/2 = 0 (90–80)/10 = 100 (9–7)/2 = 100 (98–92)/6 = 100 (5–5)/2 = 0
C (8–7)/2 = 50 (80–80)/10 = 0 (7–7)/2 = 0 (92–92)/6 = 0 (5–3)/2 = 100

(semua hasil dikalikan 100)


Pegawai C1 C2 C3 C4 C5
A 100 50 50 50 50
B 0 100 100 100 0
C 50 0 0 0 100

✳️ Langkah 2: Normalisasi Utility (0–1)

Bagi semua nilai dengan 100.

Pegawai C1 C2 C3 C4 C5
A 1.0 0.5 0.5 0.5 0.5
B 0.0 1.0 1.0 1.0 0.0
C 0.5 0.0 0.0 0.0 1.0

✳️ Langkah 3: Hitung Skor Akhir SMART-C

Gunakan:

Vi=(wjUij)V_i = \sum (w_j \cdot U_{ij})

Pegawai A:

VA=(0.21.0)+(0.30.5)+(0.20.5)+(0.10.5)+(0.20.5)=0.2+0.15+0.1+0.05+0.1=0.6V_A = (0.2 \cdot 1.0) + (0.3 \cdot 0.5) + (0.2 \cdot 0.5) + (0.1 \cdot 0.5) + (0.2 \cdot 0.5) = 0.2 + 0.15 + 0.1 + 0.05 + 0.1 = **0.6**

Pegawai B:

VB=(0.20.0)+(0.31.0)+(0.21.0)+(0.11.0)+(0.20.0)=0.0+0.3+0.2+0.1+0.0=0.6V_B = (0.2 \cdot 0.0) + (0.3 \cdot 1.0) + (0.2 \cdot 1.0) + (0.1 \cdot 1.0) + (0.2 \cdot 0.0) = 0.0 + 0.3 + 0.2 + 0.1 + 0.0 = **0.6**

Pegawai C:

VC=(0.20.5)+(0.30.0)+(0.20.0)+(0.10.0)+(0.21.0)=0.1+0.0+0.0+0.0+0.2=0.3V_C = (0.2 \cdot 0.5) + (0.3 \cdot 0.0) + (0.2 \cdot 0.0) + (0.1 \cdot 0.0) + (0.2 \cdot 1.0) = 0.1 + 0.0 + 0.0 + 0.0 + 0.2 = **0.3**


✅ Hasil Akhir (SMART-C Score):

Pegawai Skor Akhir
A 0.6
B 0.6
C 0.3

🏆 Kesimpulan:

  • Pegawai A dan B memiliki skor SMART-C yang sama tinggi.

  • Jika perusahaan ingin memilih satu, bisa lanjut dengan:

    • Kriteria tambahan,

    • Penilaian langsung manajer (tiebreak),

    • Preferensi strategi SDM (misal lebih mengutamakan kualitas kerja atau kedisiplinan).


🎯 Studi Kasus: Evaluasi Kinerja Pegawai

Misalnya kamu ingin memilih pegawai terbaik bulan ini berdasarkan kriteria:

📌 Kriteria:

  1. Kedisiplinan (C1) – Benefit

  2. Kualitas Kerja (C2) – Benefit

  3. Kerjasama Tim (C3) – Benefit

  4. Kehadiran (C4) – Benefit

  5. Waktu Penyelesaian Tugas (C5) – Cost (semakin cepat semakin baik)


🧮 Bobot Kriteria:

Kriteria Bobot
Kedisiplinan (C1) 0.2
Kualitas Kerja (C2) 0.3
Kerjasama Tim (C3) 0.2
Kehadiran (C4) 0.1
Waktu Penyelesaian (C5) 0.2
Total 1.0

👤 Alternatif Pegawai:

Pegawai Kedisiplinan (1-10) Kualitas Kerja (1-100) Kerjasama Tim (1-10) Kehadiran (%) Waktu Penyelesaian (hari)
A 9 85 8 95 4
B 7 90 9 98 5
C 8 80 7 92 3

✳️ Langkah 1: Normalisasi

Kriteria Benefit:

rij=xijmax(xij)r_{ij} = \frac{x_{ij}}{\max(x_{ij})}

Kriteria Cost:

rij=min(xij)xijr_{ij} = \frac{\min(x_{ij})}{x_{ij}}
Pegawai C1 C2 C3 C4 C5
A 9/9 = 1.00 85/90 = 0.944 8/9 = 0.889 95/98 = 0.969 3/4 = 0.75
B 7/9 = 0.778 90/90 = 1.00 9/9 = 1.00 98/98 = 1.00 3/5 = 0.6
C 8/9 = 0.889 80/90 = 0.889 7/9 = 0.778 92/98 = 0.939 3/3 = 1.00

Catatan: Untuk C5 (Waktu Penyelesaian, cost), nilai minimum = 3 hari.


✳️ Langkah 2: Hitung Skor Akhir (SAW)

Vi=(wjrij)V_i = \sum (w_j \cdot r_{ij})

Pegawai A:

VA=(0.21.00)+(0.30.944)+(0.20.889)+(0.10.969)+(0.20.75)=0.2+0.2832+0.1778+0.0969+0.15=0.9079V_A = (0.2 \cdot 1.00) + (0.3 \cdot 0.944) + (0.2 \cdot 0.889) + (0.1 \cdot 0.969) + (0.2 \cdot 0.75) = 0.2 + 0.2832 + 0.1778 + 0.0969 + 0.15 = **0.9079**

Pegawai B:

VB=(0.20.778)+(0.31.00)+(0.21.00)+(0.11.00)+(0.20.6)=0.1556+0.3+0.2+0.1+0.12=0.8756V_B = (0.2 \cdot 0.778) + (0.3 \cdot 1.00) + (0.2 \cdot 1.00) + (0.1 \cdot 1.00) + (0.2 \cdot 0.6) = 0.1556 + 0.3 + 0.2 + 0.1 + 0.12 = **0.8756**

Pegawai C:

VC=(0.20.889)+(0.30.889)+(0.20.778)+(0.10.939)+(0.21.00)=0.1778+0.2667+0.1556+0.0939+0.2=0.8939V_C = (0.2 \cdot 0.889) + (0.3 \cdot 0.889) + (0.2 \cdot 0.778) + (0.1 \cdot 0.939) + (0.2 \cdot 1.00) = 0.1778 + 0.2667 + 0.1556 + 0.0939 + 0.2 = **0.8939**

✅ Hasil Akhir:

Pegawai Skor SAW Ranking
A 0.9079 🥇 1
C 0.8939 🥈 2
B 0.8756 🥉 3

🏆 Kesimpulan:

Pegawai A memiliki skor tertinggi berdasarkan metode SAW dan layak dinobatkan sebagai pegawai terbaik bulan ini.



Studi Kasus: Memilih Laptop Terbaik

Kriteria:

  1. Harga (C1) – Cost

  2. RAM (C2) – Benefit

  3. Kapasitas SSD (C3) – Benefit

  4. Daya Tahan Baterai (jam) (C4) – Benefit

🧮 Bobot Kriteria:

Kriteria Bobot
Harga (C1) 0.3
RAM (C2) 0.25
SSD (C3) 0.25
Baterai (C4) 0.2
Total 1.0

💻 Alternatif Laptop:

Laptop Harga (juta) RAM (GB) SSD (GB) Baterai (jam)
A 10 16 512 8
B 8 8 256 6
C 12 32 1024 10

Langkah 1: Normalisasi

Kriteria Cost (Harga):

rij=min(x)xijmin(8,10,12)=8r_{ij} = \frac{\min(x)}{x_{ij}} \Rightarrow \min(8, 10, 12) = 8

Kriteria Benefit (RAM, SSD, Baterai):

rij=xijmax(x)r_{ij} = \frac{x_{ij}}{\max(x)}

Matriks Normalisasi:

Laptop C1 (Harga) C2 (RAM) C3 (SSD) C4 (Baterai)
A 8/10 = 0.80 16/32 = 0.50 512/1024 = 0.50 8/10 = 0.80
B 8/8 = 1.00 8/32 = 0.25 256/1024 = 0.25 6/10 = 0.60
C 8/12 = 0.667 32/32 = 1.00 1024/1024 = 1.00 10/10 = 1.00

Langkah 2: Hitung Skor Akhir

Vi=(wjrij)V_i = \sum (w_j \cdot r_{ij})

Laptop A:

VA=(0.30.80)+(0.250.50)+(0.250.50)+(0.20.80)=0.24+0.125+0.125+0.16=0.65V_A = (0.3 \cdot 0.80) + (0.25 \cdot 0.50) + (0.25 \cdot 0.50) + (0.2 \cdot 0.80) = 0.24 + 0.125 + 0.125 + 0.16 = **0.65**

Laptop B:

VB=(0.31.00)+(0.250.25)+(0.250.25)+(0.20.60)=0.30+0.0625+0.0625+0.12=0.545V_B = (0.3 \cdot 1.00) + (0.25 \cdot 0.25) + (0.25 \cdot 0.25) + (0.2 \cdot 0.60) = 0.30 + 0.0625 + 0.0625 + 0.12 = **0.545**

Laptop C:

VC=(0.30.667)+(0.251.00)+(0.251.00)+(0.21.00)=0.2001+0.25+0.25+0.2=0.9001V_C = (0.3 \cdot 0.667) + (0.25 \cdot 1.00) + (0.25 \cdot 1.00) + (0.2 \cdot 1.00) = 0.2001 + 0.25 + 0.25 + 0.2 = **0.9001**

Hasil Akhir (Ranking):

Laptop Skor Akhir
C 0.9001
A 0.65
B 0.545

🏆 Kesimpulan:

Laptop C adalah pilihan terbaik berdasarkan metode Simple Additive Weighting (SAW) karena memiliki skor tertinggi.


Friday, August 15, 2025

SPT rugi = tidak ada, namun disebut dengan Rugi Fiskal yang artinya bukan "merugi" secara pengahsilan neto namun karena adanya koreksi fiskal.

Lapkeu Rugi → SPT Lebih Bayar

Lapkeu Rugi → SPT Nihil

-----------------------------------------

Lapkeu Neto → SPT bisa LB 

Lapkeu Neto → SPT bisa KB

Lapkeu Neto → SPT bisa Nihil

Lapkeu Neto → Rugi Fiskal (karena koreksi fiskal)


Thursday, August 14, 2025

Biaya Gaji Direktur dan Prive : Efisiensi yang akan datang

Sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh, biaya yang tak dapat dibiayakan adalah gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

Untuk efisiensi maka atas gaji Direktur dengan mekanisme prive setiap bulannya agar efisiensi untuk melakukan koreksi koreksi fiskal.

ketentuan di Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh berlaku umum untuk semua bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum sesuai kriteria yang disebutkan — termasuk usaha jasa konstruksi — selama bentuk usahanya adalah persekutuan, firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham.
  • Jika usaha jasa konstruksi berbentuk PT → gaji direksi/komisaris bisa dibiayakan sesuai ketentuan.
  • Jika berbentuk CV, firma, atau persekutuan → gaji yang dibayarkan kepada pemilik atau sekutu tetap tidak boleh menjadi biaya, walaupun bekerja aktif dalam proyek konstruksi.
  • Alasannya: anggota dianggap pemilik modal sekaligus penerima laba, sehingga imbalan kerja mereka dianggap bagian dari laba, bukan beban.

1. Gaji untuk Direktur di Usaha Jasa Konstruksi

  • Kalau bentuk usahanya PT (Perseroan Terbatas):

    Gaji yang dibayarkan kepada direktur (yang juga pemegang saham) dapat dibiayakan sepanjang yang bersangkutan statusnya adalah pegawai tetap/organ perusahaan dan masuk dalam penghasilan yang dipotong PPh 21.
    → Jadi tidak perlu koreksi fiskal, karena biaya tersebut deductible menurut Pasal 6 UU PPh, bukan termasuk Pasal 9.

  • Kalau bentuk usahanya Firma, CV, atau persekutuan:
    Sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf j UU PPh, gaji yang dibayarkan kepada sekutu atau anggota (termasuk direktur bila dia pemilik modal) tidak dapat menjadi biaya.
    → Maka harus dilakukan koreksi fiskal positif atas gaji yang dibayarkan kepada direktur/pemilik.

2. Konteks Jasa Konstruksi

  • Tidak ada pengecualian khusus untuk sektor jasa konstruksi terkait perlakuan gaji direktur.

  • Yang membedakan hanyalah bentuk badan usahanya.

3. Ringkasnya

  • PT jasa konstruksi → gaji direktur = biaya (deductible), tidak koreksi fiskal.

  • Firma/CV jasa konstruksi → gaji direktur = tidak boleh dibiayakan, wajib koreksi fiskal positif.

Wednesday, August 13, 2025

Das Sein and Das Solen Amplop : konsepnya adalah no regret.

Das Sein : selisih lebih amplop kondangan

Das Solen : kondangan adalah niat bersykur berbagi kebahagian maka tidak ada asas timbal balik

Das Sein : selisih lebih amplop kondangan

Das Solen : kondangan adalah niat bersykur berbagi kebahagian maka tidak ada asas timbal balik.

1. Das Sein (fakta empiriknya)

Fenomena yang terjadi adalah selisih lebih amplop kondangan — artinya jumlah uang yang diterima dari tamu undangan pada acara pernikahan atau hajatan lebih besar dari jumlah uang yang pernah diberikan  di acara serupa sebelumnya. Ini murni observasi keadaan apa adanya, tanpa penilaian norma.

2. Das Sollen (norma yang seharusnya)

Secara etika sosial, kondangan dianggap niat bersyukur dan berbagi kebahagiaan, bukan transaksi ekonomi. Jadi tidak ada asas timbal balik yang mengharuskan jumlah amplop harus setara dengan yang pernah diberikan. Das Sollen ini merefleksikan nilai moral dan budaya — bahwa kondangan adalah bentuk dukungan, doa, dan silaturahmi, bukan hitung-hitungan untung-rugi.

Kalaupun dihitung untuk hitungan efisiensi. Kelebihan merupakan ekspektasi yang tidak diharapkan atas rasa syukur.

Jadi itu adalah konsepnya adalah no regret.

Monday, August 11, 2025

Normalisasi dan Bobot

Hitungan Bobot dan Nilai berbobot secara manual dari data 20 pegawai
Langkah Perhitungan:
1.  Menentukan Bobot
  • Misal bobot diambil secara proporsional dari total target semua pegawai (bisa juga dari kriteria lain). 
  •  Rumus : Bobot=Target Pegawai/Total Target Semua Pegawai\
  •  Nilai Berbobot=Normalisasi×Bobot
  • Total bobot akan = 1,000000.
2.  Menghitung Nilai Berbobot :  Rumus: Normalisasi = Aktual ÷ Target.

Pegawai

Target

Aktual

Normalisasi

Bobot (6 desimal)

Nilai Berbobot (6 desimal)

P1

223

160

0.717040

0.058906

0.042231

P2

123

100

0.813008

0.045603

0.037025

P3

184

194

1.054348

0.062151

0.065460

P4

152

141

0.927632

0.055317

0.051283

P5

281

263

0.935946

0.050673

0.047445

P6

248

233

0.939516

0.060170

0.056560

P7

136

123

0.904412

0.067973

0.061470

P8

239

215

0.899580

0.046960

0.042264

P9

226

249

1.101770

0.058082

0.064027

P10

101

84

0.831683

0.050059

0.041649

P11

90

80

0.888889

0.052041

0.046254

P12

221

236

1.067873

0.065291

0.069643

P13

128

107

0.835938

0.043003

0.035942

P14

176

187

1.062500

0.067217

0.071440

P15

110

95

0.863636

0.043849

0.037873

P16

188

207

1.101064

0.063221

0.069183

P17

160

153

0.956250

0.048938

0.046755

P18

276

244

0.884058

0.048106

0.042512

P19

142

115

0.809859

0.055623

0.045052

P20

174

162

0.931034

0.055457

0.051637


3. Kontribusi (%) dan contoh 2 hitungan manual 
Tabel dengan Kontribusi (%)

Pegawai

Target

Aktual

Normalisasi

Bobot (6 desimal)

Nilai Berbobot (6 desimal)

Kontribusi (%)

P1

223

160

0.717040

0.058906

0.042231

4.22%

P2

123

100

0.813008

0.045603

0.037025

3.70%

P3

184

194

1.054348

0.062151

0.065460

6.55%

P4

152

141

0.927632

0.055317

0.051283

5.13%

P5

281

263

0.935946

0.050673

0.047445

4.74%

...

...

...

...

...

...

...

P20

174

162

0.931034

0.055457

0.051637

5.16%

Kontribusi (%) = Nilai Berbobot × 100
Contoh Hitungan Manual
Kita ambil P1 dan P3:
Data P1  
1.            Normalisasi :  160/223=0.717040
2.            Bobot :  Total target semua pegawai = 3783 adalah 223/3783=0.058906
3.            Nilai Berbobot : 0.71/7040×0.058906=0.042231
4.            Kontribusi (%) : 0.042231×100=4.22%
Data P3 
1.            Normalisasi = 194/184=1.054348
2.            Bobot = 184/3783=0.062151
3.            Nilai Berbobot = 1.054348×0.062151=0.065460
4.            Kontribusi (%) = 0.065460×100=6.55%
 

Informasi tidak akan pernah basi jika menyangkut kuantitatif

Informasi / data tidak akan pernah basi jika menyangkut kuantitatif. Kalau kualitatif bisa basi. " Velox et exactus" Bedakan yang ...