:::Catatannya The Echo:::: Lagging dan Leading Indicator

Tuesday, September 23, 2025

Lagging dan Leading Indicator

 


Indikator terlihat hanyalah cerminan akhir. Indikator tidak terlihat adalah akar penyebab, sehingga bila tidak dikelola → hasil finansial akan tampak buruk.

Perusahaan yang sehat harus fokus memperbaiki leading indicators untuk menjaga lagging indicators tetap positif


Gambar Sumber : Asian Tiger

The Operational Iceberg (Gunung Es Operasional), yaitu perbedaan antara aspek yang terlihat di permukaan bisnis (angka dan indikator yang mudah diukur) dengan yang tidak terlihat (akar masalah operasional yang sering tersembunyi tetapi sangat mempengaruhi kinerja).

1. Bagian Terlihat (Visible)
Hal-hal yang bisa diukur dan langsung terlihat oleh manajemen, investor, maupun stakeholder, misalnya:
Omset
Profit & Loss (Laba Rugi)
Service
Customer Complain (Keluhan Pelanggan)
Revenue (Pendapatan)
Quality (Kualitas Produk/Jasa)
SDM
HPP (Harga Pokok Produksi)

Bagian ini ibarat puncak gunung es: mudah terlihat, tapi hanya representasi kecil dari realitas operasional.

2. Bagian Tidak Terlihat (Invisible)
Masalah operasional mendasar yang sering luput dari perhatian, antara lain:
SOP gak jalan                     → prosedur tidak diikuti.
COGS bocor                       → biaya produksi bocor/inefisien.
Pemborosan revenue         → pendapatan hilang karena kebocoran kecil.
Decision making lambat    → memperlambat respons bisnis.
Overstaffing                        → tenaga kerja berlebih tanpa produktivitas.
Energi & utilities boros     → biaya operasional tidak efisien.
Miss komunikasi                → salah paham antar divisi.
Data tercecer                      → informasi tidak rapi.
Inventory                            → stok menumpuk atau tidak terkendali.
Janji marketing gak match sama kebutuhan operasional → ekspektasi pelanggan beda dengan kapasitas internal.
Kontrak sama supplier     → tidak menguntungkan atau tidak efisien.
Gali lubang tutup lubang → solusi jangka pendek yang tidak menyelesaikan masalah.
Diskon tanpa ROI             → potongan harga tanpa perhitungan pengembalian investasi.

Contoh  : 

1.     Omset

o    Rp10 miliar per tahun

o    Angka ini mudah dilihat di laporan penjualan bulanan.

2.     Profit & Loss (Laba Rugi)

o    Laba bersih: Rp800 juta

o    Setelah dipotong HPP, gaji, sewa, dan biaya operasional.

3.     Service

o    Tingkat kepuasan pelanggan: 85%

o    Diukur melalui survei dan rating toko online.

4.     Customer Complain (Keluhan Pelanggan)

o    120 komplain per tahun

o    Terutama soal keterlambatan pengiriman dan barang cacat.

5.     Revenue (Pendapatan)

o    Rp10 miliar (selaras dengan omset).

6.     Quality (Kualitas Produk/Jasa)

o    95% produk lolos uji kualitas

o    Namun 5% masih retur ke supplier.

7.     SDM

o    50 karyawan

o    Rasio produktivitas: Rp200 juta/karyawan/tahun.

8.     HPP (Harga Pokok Produksi/Penjualan)

o    Rp7 miliar

o    Artinya margin kotor sekitar 30%.

Kesimpulan bagian terlihat: Laporan keuangan dan KPI terlihat cukup baik, perusahaan tampak sehat di atas kertas.


2. Bagian Tidak Terlihat (Invisible)

Angka-angka ini jarang muncul di laporan formal, tapi dampaknya sangat besar.

1.     SOP gak jalan

o    Akibat SOP tidak diikuti, terjadi keterlambatan pengiriman 15%.

o    Dampak: kerugian reputasi & biaya kompensasi Rp200 juta.

2.     COGS bocor

o    Ada inefisiensi pembelian bahan (mark-up supplier 3%).

o    Kebocoran: Rp210 juta/tahun.

3.     Pemborosan revenue

o    2% transaksi hilang karena salah input kasir dan retur tidak tercatat.

o    Nilai: Rp200 juta.

4.     Decision making lambat

o    Persetujuan harga diskon butuh 5 hari.

o    Akibatnya, kehilangan peluang penjualan Rp500 juta/tahun.

5.     Overstaffing

o    Ada 5 karyawan berlebih.

o    Biaya gaji sia-sia Rp300 juta/tahun.

6.     Energi & utilities boros

o    Listrik & air Rp50 juta/bulan → seharusnya Rp35 juta.

o    Selisih Rp180 juta/tahun.

7.     Miss komunikasi

o    Kesalahan koordinasi antar divisi → 50 pesanan salah kirim.

o    Biaya retur & kompensasi Rp100 juta.

8.     Data tercecer

o    Tidak ada sistem ERP, laporan manual sering hilang.

o    Estimasi kerugian data: Rp50 juta (karena pencarian & perbaikan).

9.     Inventory

o    Barang menumpuk Rp1 miliar → 20% rusak/usang.

o    Kerugian Rp200 juta.

10. Janji marketing tidak match operasional

o    Marketing janji garansi 3 hari, realisasi 7 hari.

o    Hilang 100 pelanggan potensial → Rp300 juta revenue gagal masuk.

11. Kontrak supplier tidak efisien

o    Harga 5% lebih tinggi dari pasar.

o    Selisih Rp250 juta/tahun.

12. Gali lubang tutup lubang

o    Tutup kekurangan kas dengan pinjaman jangka pendek.

o    Biaya bunga tambahan Rp100 juta.

13. Diskon tanpa ROI

o    Diskon Rp500 juta diberikan tanpa perhitungan.

Tambahan penjualan hanya Rp200 juta → rugi Rp300 juta.

No comments:

Benda hidup: Makhluk yang bernyawa, manusia, hewan, tumbuhan.

Mudah-mudahan ada Pengaturan Pajak mengenai Benda Mati cfm Aset Berwujud/ Benda Tidak Bergerak dan Benda Hidup/Barang Bergerak/Barang Berwuj...