Braess’s Paradox dalam Ekonomi (penjelasan paling mudah dan aplikatif untuk konteks kebijakan publik)
Inti Braess’s Paradox:
Dalam teori jaringan, menambah satu jalur baru (resource baru) justru dapat membuat semua orang jadi lebih tidak efisien.
Artinya: lebih banyak pilihan ≠ lebih baik, jika perilaku individu bersifat self-interested (mengedepankan kepentingan sendiri).
Walaupun awalnya berasal dari teori lalu lintas (transportation network theory), konsep ini sangat relevan dalam ekonomi, organisasi, kebijakan, dan desain regulasi — termasuk kebijakan pajak.
1. Penjelasan konsep Braess’s Paradox dalam ekonomi
Secara ekonomi, Braess’s Paradox adalah kondisi ketika:
“Penambahan kapasitas atau opsi baru dalam suatu sistem justru menurunkan kinerja keseluruhan sistem.”
Ini terjadi karena:
Setiap agen ekonomi bertindak egoistik
Routing/keputusan dilakukan secara desentralisasi
Tidak ada koordinasi pusat
Konsekuensi:
Menambah sumber daya → memicu perubahan strategi individu → membuat equilibrium baru lebih buruk dibanding sebelumnya.
2. Contoh ekonomi (di luar lalu lintas)
a. Pasar
Ketika pemerintah membuka pasar baru (misalnya rute logistik baru):
Pelaku usaha beralih ke rute yang tampak lebih murah
Semua pelaku menumpuk di rute itu
Biaya logistik meningkat karena kemacetan, antrian, bottleneck
→ Efisiensi agregat turun.
b. Sistem kerja organisasi
Misal organisasi memberi “jalur cepat” baru untuk persetujuan:
Semua orang menggunakannya
Jalur cepat → jadi penuh → lebih lambat daripada jalur lama
→ Organisasi malah kurang produktif
3. Prinsip Ekonomi yang Dibuktikan Braess’s Paradox
1. Individual rationality ≠ collective optimality
Pilihan terbaik individu tidak selalu menguntungkan sistem secara keseluruhan.
2. Coordinated planning kadang lebih efisien dari market choice
Dalam konteks jaringan, terkadang pembatasan → lebih efisien daripada penambahan fasilitas.
3. Tambahan pilihan menambah kompleksitas → menurunkan welfare
terlalu banyak opsi regulasi justru memperbesar ketidaksesuaian administrasi.
4. Ketika Braess’s Paradox muncul dalam kebijakan publik Indonesia
Fenomena ini biasanya muncul ketika:
Pemerintah membuat kebijakan dengan niat mempermudah
tetapi hasilnya justru menambah beban dan memperlambat proses.
Contoh:
Penambahan kanal layanan administrasi (misal WA, email, portal, tatap muka) → semua WP bingung saluran mana yang “lebih cepat”.
Akhirnya bottleneck muncul di kanal paling populer.
5. Hubungan dengan tesis Anda (ambiguity & administrative inconsistency)
Braess’s Paradox membantu menjelaskan kenapa penambahan opsi kebijakan sering menciptakan ambiguitas administratif:
> Jika opsi baru ditambahkan tanpa mengurangi opsi lama, sistem menjadi over-networked, dan equilibrium baru lebih tidak efisien.
Ini bisa Anda kaitkan ke:
Matland ambiguity model
Ambiguity–conflict matrix
Validitas konstitusional vs ambiguitas administratif
6. Kesimpulan versi ringkas (untuk tesis atau presentasi)
Braess’s Paradox dalam ekonomi:
> Menambahkan kapasitas, jalur, insentif, atau kanal baru dapat menurunkan kinerja sistem bila agen ekonomi bertindak sendiri-sendiri dan tidak terkoordinasi.
Implikasi:
Penambahan opsi regulasi = potensi ambiguitas & ketidaksesuaian
Sistem sering lebih efisien jika disederhanakan, bukan diperbanyak
Kebijakan yang tampak pro-efisiensi justru bisa kontra-produktif.
No comments:
Post a Comment