:::Catatannya The Echo:::: Braess’s Paradox dalam Ekonomi (penjelasan paling mudah dan aplikatif untuk konteks kebijakan publik

Saturday, November 29, 2025

Braess’s Paradox dalam Ekonomi (penjelasan paling mudah dan aplikatif untuk konteks kebijakan publik

Braess’s Paradox dalam Ekonomi (penjelasan paling mudah dan aplikatif untuk konteks kebijakan publik)

Inti Braess’s Paradox:

Dalam teori jaringan, menambah satu jalur baru (resource baru) justru dapat membuat semua orang jadi lebih tidak efisien.

Artinya: lebih banyak pilihan ≠ lebih baik, jika perilaku individu bersifat self-interested (mengedepankan kepentingan sendiri).

Walaupun awalnya berasal dari teori lalu lintas (transportation network theory), konsep ini sangat relevan dalam ekonomi, organisasi, kebijakan, dan desain regulasi — termasuk kebijakan pajak.

1. Penjelasan konsep Braess’s Paradox dalam ekonomi

Secara ekonomi, Braess’s Paradox adalah kondisi ketika:

“Penambahan kapasitas atau opsi baru dalam suatu sistem justru menurunkan kinerja keseluruhan sistem.”

Ini terjadi karena:

Setiap agen ekonomi bertindak egoistik

Routing/keputusan dilakukan secara desentralisasi

Tidak ada koordinasi pusat

Konsekuensi:

Menambah sumber daya → memicu perubahan strategi individu → membuat equilibrium baru lebih buruk dibanding sebelumnya.

2. Contoh ekonomi (di luar lalu lintas)

a. Pasar

Ketika pemerintah membuka pasar baru (misalnya rute logistik baru):

Pelaku usaha beralih ke rute yang tampak lebih murah

Semua pelaku menumpuk di rute itu

Biaya logistik meningkat karena kemacetan, antrian, bottleneck

→ Efisiensi agregat turun.

b. Sistem kerja organisasi

Misal organisasi memberi “jalur cepat” baru untuk persetujuan:

Semua orang menggunakannya

Jalur cepat → jadi penuh → lebih lambat daripada jalur lama

→ Organisasi malah kurang produktif

3. Prinsip Ekonomi yang Dibuktikan Braess’s Paradox

1. Individual rationality ≠ collective optimality

Pilihan terbaik individu tidak selalu menguntungkan sistem secara keseluruhan.

2. Coordinated planning kadang lebih efisien dari market choice

Dalam konteks jaringan, terkadang pembatasan → lebih efisien daripada penambahan fasilitas.

3. Tambahan pilihan menambah kompleksitas → menurunkan welfare

terlalu banyak opsi regulasi justru memperbesar ketidaksesuaian administrasi.

4. Ketika Braess’s Paradox muncul dalam kebijakan publik Indonesia

Fenomena ini biasanya muncul ketika:

Pemerintah membuat kebijakan dengan niat mempermudah

tetapi hasilnya justru menambah beban dan memperlambat proses.

Contoh:

Penambahan kanal layanan administrasi (misal WA, email, portal, tatap muka) → semua WP bingung saluran mana yang “lebih cepat”.

Akhirnya bottleneck muncul di kanal paling populer.

5. Hubungan dengan tesis Anda (ambiguity & administrative inconsistency)

Braess’s Paradox membantu menjelaskan kenapa penambahan opsi kebijakan sering menciptakan ambiguitas administratif:

> Jika opsi baru ditambahkan tanpa mengurangi opsi lama, sistem menjadi over-networked, dan equilibrium baru lebih tidak efisien.

Ini bisa Anda kaitkan ke:

Matland ambiguity model

Ambiguity–conflict matrix

Validitas konstitusional vs ambiguitas administratif

6. Kesimpulan versi ringkas (untuk tesis atau presentasi)

Braess’s Paradox dalam ekonomi:

> Menambahkan kapasitas, jalur, insentif, atau kanal baru dapat menurunkan kinerja sistem bila agen ekonomi bertindak sendiri-sendiri dan tidak terkoordinasi.

Implikasi:

Penambahan opsi regulasi = potensi ambiguitas & ketidaksesuaian

Sistem sering lebih efisien jika disederhanakan, bukan diperbanyak

Kebijakan yang tampak pro-efisiensi justru bisa kontra-produktif.

No comments:

Braess’s Paradox dalam Ekonomi (penjelasan paling mudah dan aplikatif untuk konteks kebijakan publik

Braess’s Paradox dalam Ekonomi (penjelasan paling mudah dan aplikatif untuk konteks kebijakan publik) Inti Braess’s Paradox: Dalam teori jar...